Belajar Dari Kisah Pembuat Tempe

Ditulis. Ahmad Nur Umam (via millis IBF)

Cerita dari seorang Sahabat,

             Di sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe.  Dia hidup sendirian, pekerjaannya hanya membuat dan menjual tempe.  Meski demikian, nyaris tak ada keluhan yang lahir dari bibirnya.

 Suatu pagi, setelah shalat subuh, dia pun berkemas.  Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang.  Tapi, ya ampun, tempe yang akan dia jual ternyata belum jadi, masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai.  Tubuhnya lemas, membayangkan hari ini dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai. Di tengah kekalutan itu, dia berdoa. “Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku.  Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini.  Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe.  Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku.”

   Dengan tenang dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe, kemudian dibukanya daun pembungkus tempe.  Dan… dia kecewa.  Tempe itu masih belum juga berubah.  Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri.  Dia yakin, Allah pasti sedang “memproses” do’anya.  Dan tempe itu pasti akan jadi. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. “Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu.  Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe.  Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan do’aku…”

 Setelah mengunci pintu dia berjalan ke pasar sambil terus berdoa sepanjang memohon keajaiban Tuhan dan dia yakin do’anya akan dikabulkan.

  Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu.  “Pasti sekarang telah jadi tempe!” batinnya, sambil membuka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan.  Ternyata, tidak terjadi perubahan apa pun. Dia merasa kecewa, dan air matanya berlinang di pipinya yang keriput.

 Kenapa do’aku tidak dikabulkan?  Kenapa Tuhan begitu tidak adil dan menginginkan aku menderita?  Apa salahku?  Dengan lemas, dia menggelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik.  Dan dia tiba-tiba merasa lapar, merasa sendirian.  Tuhan telah meninggalkan aku terlintas dalam batinnya. Waktu berlalu, di antara teman-teman sesama penjual tempe ada yang sudah berkemas karena dagangannya habis.  Sedih benar hatinya, belum pernah tempe buatannya tidak jadi.

 Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.  Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paruh baya, tersenyum, dan bertanya. “Maaf ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi?  Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya.  Ibu punya?” Penjual tempe itu bengong, terkejut, dan mengangkat kedua tangannya berdo’a agar do’anya yang tadi tidak dikabulkan.... Lalu segera dia mengambil tempenya, membukanya perlahan-lahan. Syukur, tempenya belum jadi.  “Alhamdulillah!” pekiknya, tanpa sadar.
  Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia bertanya kepada si ibu cantik itu, “Kok ibu aneh ya, mencari tempe yang belum jadi?”  “Ooo, bukan begitu, bu.  Anak saya, yang belajar di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini.  Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya mencari tempe yang belum jadi.  Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan.  Oh ya, jadi semuanya berapa, bu?”

....... Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdo’a, dan “memaksa” bahkan seperti “mendikte” Tuhan untuk memberikan apa yang menurut kita paling cocok.  Dan jika do’a kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa, merasa Tuhan tidak adil. Padahal, Tuhan lebih mengetahui apa yang paling baik untuk hamba-Nya. Sungguh, semua rencana Tuhan maha SEMPURNA

......Semoga kita pandai mensyukurinya....aamiinn

Belum ada Komentar untuk "Belajar Dari Kisah Pembuat Tempe"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel